A.
JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan Standar KMnO4
dan Penetapan Campuran Fe2+ dan Fe3+
B.
TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan, mahasiswa diharapkan mampu:
1.
Mengetahui standarisasi larutan
KMnO4
2.
Menentukan campuran Fe2+
dan Fe3+
C.
LANDASAN TEORI
Analisis kation dan anion sering kali dapat dibantu oleh
diagram alir. Yang menggambarkan langkah-langkah sistematis untuk
mengidentifikasi jenis anion dan kation. Diagram alir untuk analisis kation
lebih sistematis dibandingkan diagram alir analisis anion. Dalam diagramalir
analisis kualitatif anion dan kation dimulai dari ion yang ditanyakan pereaksi yang
perlu ditambahkan kondisi eksperimen dan minus kimia produk yang dihasilkan. Dalam
kerja laboratorium yang berkaitan dengan analisis ion sangat penting mengikuti urutan
dari langkah-langkah analisis yang telah ditetapkan dalam diagram alir (Ibnu, 2004: 35).
Larutan standar dalam titrimetri memegang
peranan yang amat penting. Larutan standar merupakan istilah kimia yang
menunjukkan bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya dengan pasti. Larutan
standar dibedakan menjadi dua macam yaitu larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang. Syarat senyawa yang dapat
dijadikan standar primer adalah:
a.
memiliki kemurnian yang sangat
tinggi yaitu sekitar 100% .
b.
bersifat stabil pada suhu kamar
dan pada suhu pemanasan (pengeringan).
c.
mudah diperoleh (tersedia di
banyak tempat).
d.
memiliki massa molekul relatif
yang tinggi (Mr).
e.
harus memenuhi kriteria syarat-
syarat titrasi.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan mentitrasinya dengan Iarutan standar primer (Puritasari, 2014:
51-52).
Kalium permanganat telah digunakan sebagai
zat pengoksidsi secara meluas lebih dari 100 tahun ini. Reagensia ini mudah
diperoleh, murah, dan tak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan
yang sangat encer. Setelah permangana 0,1 N memberikan warna merah muda yang
tampak, kepada larutan yang volumenya lazim digunakan dalam titrasi. Wama ini
digunakan untuk menyatakan berlebihnya reagensia itu . Permanganat bereaksi
secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidari +2 ,+ 3,+ 4,+ 6
dan + 7. Keadaan oksidasi +3 (dari) mangan ini tidak stabil, namun ion
pengkompleks seperti fosfat atau florida akan menstablikan ion itu (Day, 1989:
293-294).
Titrasi
permanganometri merupakan titrasi redoks yang
menggunakan larutan standar larutan kalium permanganat (KMnO4).
Kalium permanganat merupakan oksidator yang mudah diperoleh, murah, dan tidak
memerlukan indikator untuk menunjukkan perubahan warna yang terjadi. Setetes
larutan KMnO4 0,1 N memberikan warna merah muda. Apabila belum
tercapai titik ekuivalen, maka warna tersebut akan hilang kembali ketika
dilakukan pengadukan atau pengocokan. Pada saat warna larutan analit berubah
menjadi merah muda dan warna tersebut relatif permanen, maka harus segera
menghentikan proses titrasi. Larutan kalium permanganat merupakan larutan
standar sekunder karena larutan tersebut mudah terurai oleh cahaya, temperatur
tinggi, dan asam atau basa. Oleh karena itu, larutan kalium permanganat harus
distandardisasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk analisis kimia
(Puritasari, 2014: 170).
Kalium permanganat merupakan
oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung
dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai
dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam ragam
ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan dari 1 sampai dengan 7 yang semuanya
stabil kecuali valensi 1 dan 5. Kebanyakan titrasi dilakukan dalam keadaan asam menurut a;
di samping itu ada beberapa titarasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk
bahan-bahan organik. Daya oksidasi MnO-, dalam keadaan ini lebih kecil
sehingga letak kesetimbangan kurang menguntungkan. Untuk menarik kesetimbangan ke arah
hasil titrasit, titrat ditambah Ba2+ yang dapat mengendapkan ion MnO42-,
sebagai BaMnO4. Selain menggeser kesetimbangan kekanan pengendapan ini
juga mencegah reduksi MnO42- itu lebih lanjut (Harjadi,
1986: 219).
Reaksi yang paling sering dijumpai dalam
laboratorium pengantar adalah yang pertama reaksi dalam larutan yang sangat
asam. Permanganat bereaksi dengan sangat cepat dengan banyak pereduksi, namun
beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat reaksi.
Permanganat merupakan zat pengoksid yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II)
menjadi MnO2. Sedikit kelebihan permanganat yang ada pada titik
akhir pada suatu titrasi telah cukup untuk menimbulkan endapan MnO2.
Dalam mempersiapkan larutan permanganat harus dilakukan tindakan pencegahan
khusus. Mangan dioksida mengkatalis penguraian larutan permanganat. Biasanya
dianjurkan untuk melarutkan kristal, kemudian pemanasan untuk memusnahkan zat
pereduksi, dan penyaringan lewat asbes atau filter yang tidak tereduksi untuk
menyingkirkan MnO2. Larutan itu kemudian distandarkan, dan jika
disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah
dengan nyata dalam kurun waktu beberapa bulan (Day, 1986:294).
Kalium permangat mampu mengoksidasi air
sebagai berikut:
Konstan kesetimbangan reaksi ini juga besar, tetapi lajunya juga
kecil. Tampak bahwa asamakan menggeser reaksi ke kanan; selain itu, MnO2
merupakan katalisator. Juga basa, cahaya, panas, dan ion Mn2+akan
mempercepat rcaksi tersebut. Tak heran bila buret bekas KMnO4,
sering tampak kecokelat-cokelatan akibat MnO2 yang terbentuk.
Janganlah menambahkan sejumlah besar KMnO4 lalu memanaskannya,
misalnya untuk suatu titrasi kembali. Kristal KMnO4 untuk pembuatan
larutan sering sudah terkontaminasi
dengan MnO2 di samping itu MnO2 juga mudah terbentuk di
dalam larutan karena adanya berbagai bahan organik. Maka pada pembuatan
larutannya, sesudah kristal larut, sebaiknya larutan dipanaskan untuk
mempercepat oksidasi zat-zat organik; setelah dingin larutan disaring untuk
memisahkan MnO4. Selanjutnya larutan disimpan dalam botol berwama
gelap dan tanpa penambahan basa (Harjadi, 1986:221).
Kation besi dalam larutan berbentuk Fe2+
dan Fe3+ terhidrat disamping dalam bentuk senyawanya. Dalam larutan,
hidrat besi (II) berwama hijau yang hanya terlihat bila konsentrasinya besar,
hidrat besi (III) berwama coklat, tetapi karena terbentuknya koloid besi(III)
oksida akan teramati warna kuning hingga coklat kemerahan. Potensial reduksi
standar dari besi dalam keadaan larutan adalah sebagai berikut.
Oksidasi dari unsur menjadi besi (II) dan ion besi(lI) menjadi
besi(IID lebih mudah berlangsung dalam suasana basa dibandingkan suasana asam.
Dalam suasana asamunsur besi mudah dioksidasi menjadi besi(II), tetapi untuk
mengoksidasi besi(II)menjadi besi(IlI) diperlukan oksidator kuat.Unsur besi,
besi(III) dan besi (II) dalam larutan membentuk kesetimbangan heterogen.
Penambahan unsur besi kedalam
larutan besi(Il) akan melindungi oksidasi lebih lanjut menjadi besi (IIl)
(Ibnu, 2004:75).
Besi yang mumi adalah logam berwama putih-perak, yang kukuh dan
liat. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer rnelarutkan besi,
pada mana dihasilkan garam-garam besi(II) dan gas hidrogen. Garam-garam
besi(II) diturunkan dari besi(II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam ini mengandung
kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion- ion gabungan dan
kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi(II) dapat mudah
dioksidasikan menjadi besi(III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat.
Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini; dalam suasana
netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion
besi(II). Maka larutan besi(II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk
waktu yang agak lama. Garam-garam besi(III) atau feri diturunkan dari oksida
besi(IIl), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam
besi(II). Dalam larutannya, terdapat kation- kation Fe3+ yang
berwama kuning muda; jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin
kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi(III) ménjadi besi(II) (Vogel,
1979:257).
Senyawa
besi(II) dan besi(III) yang larut dalam air mencakup asetat, bromida, klorida,
nitrat, sulfat dan perklorat. Senyawa besi(II) dan besi(III) yang sulit larut
meliputi hidroksida fosfat dan sulfida. Besi(II) karbonat tidak larut tetapi
reaksi CO32+ dengan Fe3+ akan menghasilkan
Fe(OH)3 karena terjadinya proses hidrolisis. Dalam suasana asam
reaksi dengan hidrogen sulfida atau tioasetamida akan menyebabkan reduksi besi
(III) menjadi besi (II) tetapi tidak mengendapkan menjadi besi (II) sulfida.
Dalam suasana basa, bereaksi dengan hidrogen sulfida mengendapkan ion besi
dalam FeS dan Fe2S3 (Ibnu, 2004:75-76).
Pembuatan larutan stok KMnO4
dengan menggunakan konsentrasi larutan 500 ppm dengan cara menimbang sebanyak
500 mg KMnO4 dilarutkan ke dalam 1L akuades. Rumus pembuatan larutan untuk
masing-masing konsentrasi yaitu:
V1.M1
= V2.M2
Keterangan:
V1 = volume larutan stok yang dicari dan V2 = volume larutan
yang akan dibuat
M1 = dosis larutan stok yang tersedia dan M2 = dosis larutan
yang akan dibuat
Serutan gergaji kayu sebanyak 5 gram direndam dalam larutan
KMnO4 sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan selama 30 menit
selanjutnya dikering anginkan dan dibungkus menggunakan kain kasa (Arini,
2015).
Penentuan kadar total besi
dalam kedelai (GM 1), kedelai dihancurkan dengan blender dry mill sampai
halus sehingga dinding biji kedelai hancur dan didapatkan padatan isi biji yang
mengandung banyak zat gizi termasuk zat besi di dalamnya. Padatan ini kemudian
diabukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa ataupun atom-atom organik yang
dapat mengganggu saat pengukuran. ketika diabukan, atom-atom organik tersebut
akan berikatan dengan atom oksigen dan membentuk senyawa gas yang keluar saat
pengabuan berlangsung. Sedangkan atom-atom anorganik seperti besi juga akan
bereaksi dengan oksigen membentuk padatan oksida. Salah satu syarat sampel yang
dapat diukur oleh spektrofotometer UV-Vis adalah berbentuk liquid (cair), maka dari itu padatan
oksida yang dihasilkan ditambah dengan HCl dan aqua DM agar semua padatan
oksida tersebut larut. Larutan ini kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis (Harisman, 2014: 7).
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Neraca analitik (1
buah)
b.
Buret 50 mL (2
buah)
c.
Erlenmeyer 250 mL (5
buah)
d.
Pipet volume 25 mL (2
buah)
e.
Gelas ukur 10 mL (1
buah)
f.
Gelas ukur 25 mL (1
buah)
g.
Gelas kimia 50 mL (1
buah)
h.
Gelas kimia 1.000 mL (1
buah)
i.
Termometer 0-110°C (1
buah)
j.
Corong biasa (1
buah)
k.
Ball pipet (1
buah)
l.
Batang pengaduk (2
buah)
m. Botol semprot (1
buah)
n.
Pipet tetes (5
buah)
o.
Kaki tiga dan kasa (1
buah)
p.
Statif dan klem (1
buah)
q.
Lap kasar (1 buah)
r.
Lap halus (1
buah)
2.
Bahan
a.
Larutan kalium permanganat (KMnO4)
b.
Kristal asam oksalat (C2H2O4)
c.
Larutan asam sulfat (H2SO4)
d.
Larutan timah (II) klorida (SnCl2)
e.
Larutan raksa (II) klorida (HgCl2)
f.
Larutan asam klorida pekat (HCl)
g.
Aquadest (H2O)
h.
Larutan sampel campuran Fe2+
dan Fe3+
i.
Es batu
j.
Korek
k.
Label
l.
Tissue
E.
PROSEDUR KERJA
1.
Standarisasi larutan
a.
Sebanyak 0,650 gram kristal asam oksalat (C2H2O4)
ditimbang menggunakan neraca analitik
b.
Kristal asam oksalat (C2H2O4)
dimasukkan kedalam gelas kimia 100 mL
c.
Kristal asam oksalat (C2H2O4)
dilarutkan dengan aquades (H2O) hingga 100 mL
d.
Larutan diaduk hingga Kristal asam oksalat (C2H2O4)
benar-benar larut
e.
Sebanyak 25 mL larutan asam oksalat dipipet dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer 250 mL
f.
Sebanyak 5 mL larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
ditambahkan pada larutan
g.
Larutan dipanaskan hingga suhu 70oC
h.
Selagi panas larutan dititrasi dengan KMnO4
standar hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu muda
i.
Titrasi diulangi sebanyak 3 kali dengan menggunakan 3 sampel
j.
Volume rata-rata titran dicatat
k.
Normalitas larutan standar KMnO4 dihitung
2.
Menentukan campuran ferro dan ferri
1)
Sebanyak 25 mL larutan sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL
2)
Sebanyak 25 mL larutan asam sulfat 0,1 N (H2SO4)
ditambahkan pada larutan
3)
Larutan dititrasi dengan KMnO4 standar hingga
terjadi perubahan warna ungu muda
4)
Volume titran dicatat
5)
Titrasi diulangi sebanyak 3 kali dengan menggunakan 3 sampel
6)
Volume rata-rata titran dicatat
7)
Kadar ferro dalam campuran dihitung
8)
Sebanyak 25 mL larutan sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL
9)
Sebanyak 10 mL asam sulfat (HCl) pekat ditambahkan pada
larutan
10)
Larutan dipanaskan hingga suhu 70oC
11)
Selagi panas larutan tersebut di tambahkan beberapa tetes Larutan Timah (II) Klorida (SnCl2)
5%
12)
Larutan didinginkan dengan air es
13)
Sebanyak 10 mL larutan Raksa (II) Klorida (HgCl2) 5% ditambahkan pada larutan
14)
Larutan dititrasi dengan KMnO4 standar hingga
terjadi perubahan warna ungu muda
15)
Volume titran yang digunakan dicatat
16)
Titrasi diulangi sebanyak 3 kali dengan menggunakan 3 sampel
17)
Volume rata-rata titran dicatat
18)
Kadar ferri dalam campuran dihitung.
F.
HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi
Larutan KMnO4
No.
|
Aktivitas
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Ditimbang kristal asam oksalat (putih)
|
0,650 gram
|
2.
|
Dilarutkan dalam
100 mL air
|
Larutan tak
berwarna
|
3.
|
Diukur 25 mL + 5
mL H2SO4
+ dipanaskan 700 C
dititrasi
|
Larutan tak
berwarna
Larutan tak
berwarna, terasa panas
Warna larutan ungu
muda
Volume titrasi I =
5,4 mL
|
4.
|
Diukur 25 mL + 5
mL H2SO4
+ dipanaskan 700 C
dititrasi
|
Larutan tak
berwarna
Larutan tak
berwarna, terasa panas
Warna larutan ungu
muda
Volume titrasi II
= 5,5 mL
|
5.
|
Diukur 25 mL + 5
mL H2SO4
+ dipanaskan 700 C
dititrasi
|
Larutan tak
berwarna
Larutan tak
berwarna, terasa panas
Warna larutan ungu
muda
Volume titrasi III
= 5,4 mL
|
|
= 5,4 ml
|
2. Penentuan Campuran Ferro dan Ferri
a. Penentuan Ferro
No.
|
Aktivitas
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Diukur 25 mL
larutan sampel (kuning) + 25 mL H2SO4
dititrasi
|
Larutan kuning
jernih
Warna larutan ungu
pekat
Volume titrasi I =
4,2 mL
|
2.
|
Diukur 25 mL larutan
sampel (kuning) + 25 mL H2SO4
dititrasi
|
Larutan kuning
jernih
Warna larutan ungu
pekat
Volume titrasi II
= 4,6 mL
|
3.
|
Diukur 25 mL
larutan sampel (kuning) + 25 mL H2SO4
dititrasi
|
Larutan kuning
jernih
Warna larutan ungu
pekat
Volume titrasi III
= 4,3 mL
|
|
= = 6,55 ml
|
b. Penentuan
Ferri
No
|
Aktivitas
|
Hasil
|
1.
|
Diukur 25 mL
larutan sampel (kuning) + 10 mL HCl
pekat
+ dipanaskan
+ SnCl2
beberapa tetes
Laruran
didinginkan
+ HgCl2
sebanyak 10 mL
dititrasi
|
Larutan berwarna kuning
Larutan berwarna
kuning dan panas
Larutan berwarna
kuning kehijauan
Larutan berwarna
kuning kehijauan
Warna larutan
merah bata dan volume titrasi 2 : 5,0 mL
|
2.
|
Diukur 25 mL
larutan sampel (kuning) + 10 mL HCl
pekat
+ dipanaskan
+ SnCl2
beberapa tetes
Laruran
didinginkan
+ HgCl2
sebanyak 10 mL
dititrasi
|
Larutan berwarna
kuning
Larutan berwarna
kuning dan panas
Larutan berwarna
kuning kehijauan
Larutan berwarna
kuning kehijauan
Warna larutan
merah bata dan volume titrasi 2 : 4,8 mL
|
3.
|
Diukur 25 mL
larutan sampel (kuning) + 10 mL HCl
pekat
+ dipanaskan
+ SnCl2
beberapa tetes
Laruran
didinginkan
+ HgCl2
sebanyak 10 mL
dititrasi
|
Larutan berwarna
kuning
Larutan berwarna
kuning dan panas
Larutan berwarna
kuning kehijauan
Larutan berwarna
kuning kehijauan
Warna larutan
merah bata dan volume titrasi 2 : 4,9 mL
|
|
= = 4,9 mL
|
G.
ANALISIS DATA
1.
Standarisasi larutan kalium permanganat
Diketahui :
Berat
molekul H2C2O4.2H2O = 126 mg/mmol
Massa
asam oksalat = 650 mg
Volume
titran I = 5,4 mL
Volume
titran II = 5,5 mL
Volume
tiran III = 5,4 mL
V rata-rata titran = 5,4 mL
Ditanyakan :
Normalitas
H2C2O4 .....?
Jawab :
V rata-rata titran =
=
=
5,4 mL
N KMnO4 =
=
=
= 0,48mmol/ml
= 0,48
N
2.
Penetapan campuran ferro dan ferri
a.
Kadar ferro
Diketahui :
N Kalium permanganat = 0,31 N
Berat molekul besi = 56 Mg/mmol
Volume titran I =
4,2 mL
Volume titran II = 4,6 mL
Volume tiran III = 4,3 mL
V rata-rata titran =
4,36 mL
Ditanyakan :
Kadar ferro .....?
Jawab :
V rata-rata titran =
=
= 4,36 mL
Kadar ferro =
=
= 3,02 mg/mL
b.
Kadar ferri
Diketahui :
N Kalium permanganat = 0,31 N
Berat molekul besi = 56 mg/mmol
Volume titran I =
5,0 mL
Volume titran II = 4,8 mL
Volume tiran III = 4,9 mL
V rata-rata titran =
4,9 mL
Ditanyakan :
Kadar ferri .....?
Jawab :
V rata-rata titran =
=
= 4,9 mL
Kadar ferri =
=
= =
0,37 mg/mL
H. PEMBAHASAN
Telah dilakukan penetapan yang berjudul Pembuatan
Larutan Standar KMnO4 dan Penetapan Campuran Fe2+ dan Fe3+,
yang bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan serta standarisasi larutan
Kalium Permanganat (KMnO4) san penetapan campuran Fe2+
dan Fe3+. Titrasi permanganometri adalah titrasi berdasarkan prinsip
oksidasi reduksi dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana
asam (Rahman, 2011). Larutan baku yang digunakan adalah larutan Kalium
Permanganat (KMnO4). Pada percobaan ini, dilakukan standarisasi
larutan KMnO4 dengan menggunakan Asam Oksalat (H2C2O4).
Prinsip dasar pada percobaan ini ialah reaksi oksidasi reduksi pada suasana
asam yang melibatkan elektron dengan jumlah tertentu. Prinsip kerja percobaan
ini adalah pelarutan.
1.
Standarisasi larutan KMNO4
Tujuan
dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara menstandarisasi larutan KMnO4
dan mengetahui konsentrasi ( normalitas ) dari KMnO4. Adapun metode
yang digunakan yaitu titrasi permanganometri dimana titrasi permanganometri
merupakan titrasi yang melibatkan ion permanganat dalam reaksinya.
Permanganometri didasarkan pada prinsip reaksi redoks dimana permanganat
merupakan zat pengoksidasi atau oksidator bagi zat yang akan ditentukan kadar
yang bertindak sebagai reduktor.
Larutan
standar merupakan larutan yang diketahui dengan tepat konsentrasinya. Ada dua
macam larutan yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer merupakan larutan yang konsentrasinya diketahui secara
pasti dengan jalan penimbangan secara langsung dan mempunyai tingkat kemurnian
yang tinggi. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang telah
diketahui konsentrasinya tetapi mudah berubah-ubah dan ditentukan dengan
bantuan larutan standar primer dan kemurniannya lebih rendah dari pada larutan
standar primer, maka dari itu, pada percobaan ini normalitas KMnO4
dicari secara pasti
Percobaan
ini, yang bertindak sebagai larutan standar primer untuk permanganat yaitu asam
oksalat, disebabkan karna asam oksalat merupakan larutan standar primer yang baik untuk
permanganat. Meskipun bisa menggunakan
larutan standar yang lain seperti arsen (II) oksida, Natrium oksalat, dan besi.
Dalam percobaan ini kristal asam oksalat dilarutkan dan diencerkan didalam labu
takar. Hal ini dikarenakan labu takar memiliki tingkat keakuratan yang tinggi
dan memiliki tingkat kesalahan yang redah dimana ditunjukan pada leher labu
yang kecil. Kemudian menambahkan asam
sulfat pekat yang berfungsi untuk
memberi suasana asam, karna reaksi dapat berlangsung baik pada suasana
asam, kemudian dipanaskan
pada suhu 700C untuk
mempercepat terjadinya reaksi. KMnO4
sangat tidak stabil dan merupakan larutan standar sekunder, sebagai agen
pengoksida KMnO4 diencerkan agar lebih mudah untuk melakukan
standarisasi. Larutan standar yang digunakan untuk menstandarisasi adalah
larutan asam oksalat karena merupakan larutan standar primer. Selain itu
larutan standar KMnO4 digunakan karena merupakan oksidator kuat yang
dapat bereaksi dengan cara berbeda tergantung pH larutan. Kalium permanganat
mampu mengoksidasi air, persamaan reaksinya yaitu :
2KMnO4 + H2SO4
+ H2C2O4
K2SO4 + 2MnSO4
+ CO2 + H2O
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O x 2
Oksidasi: C2O42- 2CO2
+ 2e- x 5
Reduksi : 2MnO4+ + 16H+ + 10e- 2Mn2+ + 8H2O
Oksidasi: 5C2O42- 10CO2
+ 10e-
Redoks: 2MnO4+
+ 16H+ + 5C2O4- 2Mn2+ + 8H2O
+ 10CO2
Reaksi lengkapnya
2KMnO4(l) + 8H2SO4(l) + 5H2C2O4(l) K2SO4(l) +2MnSO4(l)
+10CO2(g) + 8H2O(l)
Kemudian dititrasi dengan
larutan standar KMnO4, didapat volume rata-rata penitran yaitu
sebesar 5,4 mL dan Normalitas KMnO4 adalah 0,48 N. Dari hasil yang didapat,
dapat dikatakan volume yang diperoleh untuk titrasi sangat sedikit dan
normalitas yang didapatkan menandakan bahwa KMnO4 merupakan larutan standar sekunder yang
konsentrasinya dapat berubah ubah. Normalitas KMnO4 yang diperoleh berbeda dengan normalitas yang
sebenarnya yaitu 0,1 N.
2.
Penetapan Campuran Ferro dan ferri
Tujuan
dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kadar ferro dan ferri yang terdapat
dalam sampel. Pada percobaan ini juga digunakan KMnO4 sebagai
penetrasi. Untuk menentukan kadar ferro dan ferri, sampel ditambahkan dengan
asam sulfat yang berfungsi untuk memberikan suasana asam, sehingga diperoleh
larutan yang mengandung ion ferro dan ferri. Volume rata-rata titran yang
digunakan yaitu 4,9 ml. Adapun reaksinya
2KMnO4
+ H2SO4 Mn2O7
+ 2K+ + SO42- + H2O
Penentuan kadar
ferro, sampel ditambahkan dengan HCl, digunakan HCl karna HCl merupakan asam
terbaik untuk melarutkan biji-biji besi. Sebelum dititrasi dengan permanganat,
setiap ferri harus direduksi menjadi ferro dengan menggunakan timah (II)
klorida, disini HCl juga berfungsi agar reduksi timah (II) klorida lebih mudah.
Pada percobaaan ini timah (II) klorida ditambahkan sampai warna kuning hilang
berubah menjadi hijau yang menandakan bahwa reduksi telah terjadi, dengan
persamaan reaksi :
Sn2+
+ 2Fe3+ Sn4+
+ 2Fe2+
Sedikit kelebihan timah (warna hijau) ditambahkan untuk
memastikan selesainya reduksi. Kelebihan ini harus dihilangkan karna bisa
bereaksi dengan permanganat melalui titrasi. Untuk itu, larutan harus
didinginkan dan ditambah raksa (II) klorida secara cepat untuk mengoksidasi
kelebihan ion timah (II), dengan persamaan reaksi :
2HgCl2
+ Sn2+ Hg2Cl2 + Sn4+ + 2Cl-
Endapan dari raksi (I) klorida, jika kecil tidak akan mengganggu
titrasi larutannya, namun jika timah (II) klorida yang tambahkan terlalu banyak,
Hg2Cl2 dapat direduksi lebih lanjut menjadi raksa yang
bebas,sehingga diperoleh larutan yang mengandung ion ferro. dengan persamaan
reaksi yaitu :
2Fe3+
+ Sn2+ Sn4+
+ 2Fe2+
2HgCl2 + Sn2+ Hg2Cl2 + Sn4+ + 2Cl-
(endapan
putih)
Kemudian dititrasi dengan larutan
KMnO4 standar dengan volume rata-rata 4,9 mL sebagai V2 dan kadar
ferro yang didapatkan yaitu 3,02 mg/ml yang berarti bahwa dalam sampel terdapat
ferro sebanyak 3,02 mg setiap 1 mL sampel. Untuk mengetahui kadar ferri dapat
dilakukan dengan volume titran yang mengandung ferro dan ferri (V1) dengan
volume titran yang mengandung ferro (V2) sehingga didapatkan kada ferri yaitu
sebesar 0,37 mg/ml, yang artinya terdapat 0,37 mg ferri dalam 1 mL sampel.
Perubahan warna yang terjadi yaitu warna orange. Adapun reaksi yang terjadi
yaitu
Reduksi: MnSO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O x 1
Oksidasi: Fe2+
Fe3+ + e- x 5
Reduksi: MnSO4+ + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
Oksidasi: 5Fe2+ 5Fe3+ + 5e-
Redoks: MnSO4- + 8H+ +5Fe2+ Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O
Reaksi lengkapnya
KMnO4(l) + 5FeCl(l)+8HCl(l) MnCl2(l)
+ 5FeCl3(l) + 4H2O(l) + KCl(l)
I. PENUTUP
1.
Kesimpulan
a.
Normalitas KMnO4 setelah distandarisasi adalah 0,48 N
b.
Kadar ferro yaitu 3,02 mg/ml dan kadar ferri yaitu sebesar 0,37
mg/ml dalam sampel.
2.
Saran
a.
Untuk praktikan, agar berhati-hati dalam penambahan bahan dan
khususnya pada titrasi agar hasil yang diperoleh sama dengan uji positif
sebenarnya.
b.
Untuk laboran agar lebih menyediakan alat-alat yang memadai agar
praktikum dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Arini. Riza Linda. Mukarlina. 2015. Penggunaan Kalium Permanganat (KMnO4) Untuk
Menunda Pematangan Buah Pepaya (Carica papaya L. var. Bangkok). Jurnal Protobiont. Vol. 4 (3) : 36-40.
Harisman,
Ferry Riyanto dan Djarot Sugiarso. 2014. Pengaruh waktu Penggilingan terhadap
Kadar Zat Besi dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan Spektrofometer UV-Vis. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol, 3. No, 2.
Harjadi,
W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta: PT Gramedia.
Ibnu,
M.S, dkk. 2004. Kimia Analitik 1. Yogyakarta:
JICA.
Pursitasari,
I.D. 2014. Kimia Analitik Dasar.
Bandung: Alfabeta.
Svehla,
R. 1985. Vogel Buku Teks Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro. Jakarta: PT. Kalman media pusaka
Underwood,
A.L& Day Jr, R.A. 1986. Analisi Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar