Kamis, 29 November 2018

Titrimetri Kimia Analitik I


A.  JUDUL  PERCOBAAN
Titrimetri 
B.  TUJUAN  PERCOBAAN
Tujuan  dari  percobaan  ini,  mahasiswa  diharapkan  mampu  memahami  hal  berikut:
1.    Untuk  mengetahui  pembuatan  larutan  standar  HCl  dan  standarisasinya.
2.    Untuk  mengetahui  cara  penentuan  campuran  karbonat  dan  bikarbonat.
C.  LANDASAN  TEORI
Analisis  kimiawi  menetapkan  kualitatif  dan  kuantitatif  seperti  materi.  Konstituen-  konstituen  yang  akan  dideteksi  ataupun  ditentukan  jumlahnya  adalah  unsur,  radikal,  gugusan  fungsi,  senyawaan  atau  fase.  Kimia  analitik  enyangkut  aspek  yang  lebih  luas  dan  lebih  mendasar  sedangkan  analisis  kimia  menyangkut  aspek  analisis  yang  lebih  sempit  dan  spesifik.  Penentuan  dengan  teliti  suatu  komponen  di  dalam  matriks  beberapa  komponen  lainnya  yang  mirip  memerlukan  pengaturan  yang  seksama  kondisi-kondisi  seperti  pH,  kompleksan,  dengan  perubahan  suatu  tingkat  oksidasi  (Khopkar,  1990:  5).
Larutan  standar  yang  digunakan  sebagai  titran  harus  diketahui  dengan  tepat  konsentrasinya.  Biasanya,  larutan  standar  dibuat  dengan  cara  melarutkan  sejumlah  berat  tertentu  bahan  kimia  pada  sejumlah  tertentu  pelarut  yang  sesuai.  Cara  ini  mudah  dilakukan,  tetapi  hasilnya  sering  kali  kurang  tepat,  karena  hanya  sedikit  jenis  zat  kimia  bahan  titran  yang  diketahui  dalam  keadaan  murni.  Zat  kimia  yang  benar-benar  murni  bila  ditimbang  dengan  tepat  dan  dilarutkan  dalam  sejumlah  tertentu  pelarut  yang  sesuai  menghasilkan  larutan  standar  primer.  Larutan  standar  lain  yang  ditetapkan  konsentrasinya  melalui  titrasi  dengan  menggunakan  larutan  standar  primer  dikenal  sebagai  larutan  standar  sekunder.  Bahan  kimia  yang  dapat  digunakan  sebagai  bahan  membuat  larutan  standar  primer  harus  memenuhi  persyaratan  berikut:  Benar-benar  ada  dalam  keadaan  murni  dengan  kadar  pengotor  <0,02%.Stabil  secara  kimiawi,  mudah  dikeringkan  dan  tidak  bersifat  higroskopis.Memiliki  berat  ekuivaken  besar,  sehingga  meminimalkan  kesalahan  akibat  penimbangan  (Ibnu,  2004  :  97-98).
Istilah  analisis  titrimetri  mengacu  pada  analisis  kimia  kuantitatif  yang  dilakukan  dengan  menetapkan  volume  suatu  larutan  yang  konsentrasinya  diketahui  dengan  tepat,  yang  diperlukan  untuk  bereaksi  secara  kuantitatif  dengan  larutan  dari  zat  yang  akan  ditetapkan.  Larutan  dengan  kekuatan  (konsentrasi)  yang  diketahui  tepat  itu,  disebut  larutan  standar.  Larutan  standar  biasanya  ditambahkan  dari  dalam  sebuah  buret.  Proses  penambahan  larutan  standar  sampai  reaksi  tepat  lengkap  disebut  titrasi  dan  zat  yang  akan  ditetapkan,  dititrasi.  Titik  pada  saat  reaksi  tepat  lengkap  disebut  titik  ekivalen  atau  titik  akhir  teoritis  (titik  akhir  stoikiometri).  Lengkapnya  titrasi,  lazimnya  harus  terdeteksi  oleh  suatu  perubahan  yang  tak  dapat  disalah-lihat  oleh  mata,  yang  dihasilkan  oleh  larutan  standar  itu  sendiri  atau  penambahan  suatu  regensia  pembantu  yang  disebut  indikator.  Dahulu,  digunakan  orang  analisis  volumetri,  tetapi  sekrang,  telah  diganti  dengan  analisis  titrimetri,  karena  yang  terakhir  ini  dianggap  lebih  baik  dalam  menyatakan  hasil  titrasi.  Sedangkan  yang  disebut  terdahulu,  dapat  dikacaukan  dengan  pengukuran-pengukuran  volume,  seperti  yang  melibatkan  gas-gas  (Bassett,  1994:  259).
Metode  titrimetri  yang  dikenal  juga  sebagai  metode  volumetri  merupakan  cara  analisis  kuantitatif  yang  didasarkan  pada  prinsip  stokiometri  reaksi  kimia.  Dalam  setiap  metode  titrimetri  selalu  terjadi  reaksi  kimia  antara  komponen  analit  dengan  zat  pendeteksi  yang  disebut  titran.  Reaksi  dasar  antara  komponen  analit  dengan  titran  dinyatakan  dengan  persamaan  rumus  :
aA  +  tT                   produk
“a”  adalah  jumlah  mol  analit  (A)  yang  bereaksi  secara  stokiometrik  dengan  “t”  mol  titran  (T)  atau  “a”  dan  “t”  menggambarkan  koefisien  reaksi  dalam  persamaan  reaksi  setaranya.  Analit  adalah  komponen  dari  larutan  sampel  yang  hendak  ditetapkan  kuntitasnya.  Titran  adalah  larutan  standar  yang  telah  diketahui  dengan  tepat  konsentrasinya.  Titran  ditambahkan  ke  dalam  larutan  analit  menggunakan  peralatan  khusus  yang  disebut  buret  sampai  jumlah  tertentu  hingga  tercapai  titik  ekivalen.  Pencapaian  titik  ekivalen  ditandai  oleh  perubahan  zat  tertentu  yang  sengaja  dimasukkan  kedalam  larutan  analit  yang  dikenal  sebagai  indikator.  Perubahan  indikator  terjadi  setelah  semua  analit  bereaksi  dengan  titran  yang  ditandai  dengan  perubahan  warna  (Ibnu,  dkk.  2004:  93).
Indikator  asam-basa  adalah    zat  yang  berubah  warna  atau  membentuk  flouresen  atau  kekeruhan  pada  suatu  range  (trayek)  pH  tertentu.  Indikator  asam-basa  terletak  pada  titik  ekuivalen  dan  ukuran  dari  pH.  Zat-zat  indikatoe  dapat  berupa  asam  atau  basa,  stabil  dan  menunjukkan  perubahan  warna  yang  kuat  serta  biasanya  adalah  zat  organic.  Perubahan  warna  disebabkan  oleh  resonansi  isomer  electron.  Berbagai  indikator  mempunyai  teteapan  ionisasi  yang  berbeda    dan  akibatya  mereka  menunjukkan  warna  pada  range  pH  yang  berbeda  pula  (Khopkar,  1990:  46).
Indikator  asam-basa  ialah  zat  yang  dapat  berubah  warna  apabila  pH  lingkungannya  berubah.  Apabila  dalam  suatu  titrasi,  asam  maupun  basanya  merupakan  elektrolit  kuat,  larutan  pada  titik  ekivalen  akan  mempunyai  pH=7.  Tetapi  bila  asamnya  ataupun  basanya  merupakan  elektrolit  lemah,  garam  yang    terjadi  akan  mengalami  hidrolisis  dan  pada  titik  ekivalen  larutan  akan  mempunyai  pH  >  7  (bereaksi  basa)  atau  pH  <  7  (bereaksi  asam).  Harga  pH  yang  tepat  dapat  dihitung  dari  tetapan  ionisasi  dari  asam  atau  basa  lemah  tersebut  dan  dari  konsentrasi  larutan  yang  diperoleh.  Titik  akhir  titrasi  asam  basa  dapat  ditentukan  dengan  indikator  asam  basa.  Indikator  yang  digunakan  harus  memberikan  perubahan  warna  yang  nampak  di  sekitar  pH  titik  ekivalen  titrasi  yang  dilakukan,  sehingga  titik  akhirnya  masih  jatuh  pada  kisaran  perubahan  pH  indikator  tersebut.  Bila  suatu  indikator  digunakan  untuk  menunjukkan  titik  akhir  titrasi,  maka  :
1.    Indikator  harus  berubah  warna  tepat  pada  saat  titrant  menjadi  ekivalen  dengan  titrat. 
2.    Perubahan  warna  itu  harus  terjadi  secara  mendadak,  agar  tidak  ada  keraguan-keraguan  tentang  kapan  titrasi  harus  dihentikan.
Reaksi  titrasi  yang  dilakukan  untuk  membuktikan  bahwa  kurkumin  dapat  digunakan  sebagai  indikator  dalam  menunjukkan  titik  akhir  titrasi  adalah  titrasi  basa  kuat  dengan  asam  kuat  dan  titrasi  basa  lemah  dengan  asam  kuat,  juga  digunakan  juga  indikator  pembanding  fenolftalein  (pp)  dan  methyl  orange  (mo)  (Harjanti,    2008).
Menurut  Harjadi  (1990)  metode  volumetrik  dibedakan  sebagai  berikit  :
1.    Gasometri,  yaitu  analat  yang  direaksikan  sehingga  berbentuk  suatu  gas  atau  terpakai  pereaksi  berbentuk  gas.  Jumlah  zat/komponen  yang  dicari  dihitung  dari  volume  gas  tersebut.  Contoh  gasometri  ialah  penentuan  karbonat  dimana  CO2  yang  terjadi  ditangkap  dan  diukur  volumenya.  Contoh  lain  ialah  :  penentuan  nitrat  ,  yaitu  dengan  mereduksinya  dengan  Hg  dalam  ruang  tertutup.
2.    Titrimetri  yaitu  analat  direaksikan  dengan  suatu  pereaksi  sedemikian  rupa,  sehingga  jumlah  zat-zat  yang  bereaksi  itu  satu  sama  lain  ekivalen.  Ekivalen  berarti,  bahwa  zat-zat  yang  direaksikan  itu  tepat  saling  menghabiskan,  sehingga  tidak  ada  yang  sisa.  Contoh  penentuan  jumlah  asam  dalam  larutan  cuka.  Sejumlah  larutan  asam  direaksikan  dengan  NaOH.  NaOH  ditambahkan  sebagai  larutan  sedikit  demi  sedikit,  sampai  terlihat  tanda  bahwa  asam  tepat  habis.
Menurut  Bassett  (1994:  260),  terdapat  kondisi-kondisi  yang  harus  dipenuhi,  yaitu:
1.    Harus  ada  suatu  reaksi  yang  sederhana  yang  daoat  dinyatakan  melalui  suatu  persamaam  kimia.
2.    Reaksi  harus  praktis  berlangsung  dalam  sekejab  atau  berjalan  dengan  sangat  cepat  sekali.  Penambahan  katalis  akan  menaikkan  kecepatan  reaksi.
3.    Harus  ada  perubahan  yang  menyolok  dalam  energi-bebas  yang  menimbulkan  perubahan  dalam  beberapa  sifat  fisika  atau  kimia  larutan  pada  titik  ekuivalen.
4.    Harus  tersedia  suatu  indikator,  yang  oleh  perubahan  sifat-sifat  fisika  (warna  atau pembentukan endapan) harus dengan tajam menetapkan titik akhir titrasi. Jika tak tersedia indikator yang dapat dilihat oleh mata maka titik ekivalen tersebut ditetapkan dengan mengikuti beberapa hal selama titrasi berlangsung, yakni potensial antara sebuah elektroda indikator dan sebuah elektroda pembanding, perubahan dalam konduktivitas listrik larutan, dan arus listrik yang mengalir melalui sel titrasi antara sebuah elektrode indikator.
Penentuan titik akhir titrasi 10 Ml NH4 \OH 0,1N oleh HCl 0,1N dengan indikator mo dengan pembanding indikator kurkumin dapat dilihat dalam tabel 7 diatas. Dari hasil penelitian diperoleh hasil penyimpangan 0,18% ditunjukkan oleh indikator kurkumin. Sehingga indikator kurkumin dapat digunakan sebagai indikator alternative pengganti methyl orange (mo) untuk titrasi asam basa. pH akhir dari titrasi menggunakan indikator mo 4,2668 sedangkan untuk titrasi menggunakan kurkumin diperoleh pH akhir 5,8568 (Ratna Sandari, 2016: 600).
Menurut Nuryanti (2010: 182), ekstrak mahkota bunga sepatu dapat digunakan sebagai indikator pada titrasi asam-basa (asam kuat-basa kuat, asam lemah-basa kuat dan basa lemah-asam kuat). Perubahan warna dalam asam berwana merah dan basa berwarna hijau. Terjadinya perubahan warna karena dalam ekstrak tersebut mengandung antosianin, yang dalam strukturnya terdapat kation flavilium membentuk anhidrobase akibat perubahan pH. Indikator ekstrak mahkota bunga sepatu mempunyai kemiripan dengan indikator metil orange dan fenolftalein, sehingga dapat sebagai pengganti indikator tersebut.
Larutan standar adalah  yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu larutan. Selama bertahun-tahun suatu konsentrasi dinyatakan dalam molaritas (jumlah mol per liter) dan normalitas (jumlah ekuivalen per liter). Dengan adanya larutan standar ini maka akan terjadi proses suatu titik ekuivalen, ekuivalen dari suatu basa adalah suatu massa basa itu yang mengandung suatu gugus hidroksil yang tergantikan. Hidroksil tersebut dapat berionisasi (Bassett, dkk. 1994: 261).
Pembakuan larutan dilakukan bertujuan untuk menyamakan larutan yang digunakan untuk titrasi alkalimetri dengan standar larutan baku. Misalnya pada penelitian mengenai kadar pemanis buatan dalam minuman serbuk, hasil pembakuan didapatkan normalitas larutan sebesar 0,089 N. Menurut tetapan pemerintah, batas kadar pemanis buatan dalam makanan atau minuman adalah 3000 ppm. Penggunaan asam sinamat (pemanis buatan) yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Handayani, 2015:05).



D.      ALAT DAN BAHAN
1.        Alat
a.    Neraca analitik                                                   1 buah 
b.    Labu Erlenmeyer 250 ml                                   10 buah
c.    Gelas kimia 50 ml                                              1 buah
d.   Labu takar 100 ml                                             1 buah
e.    Buret 50 ml                                                        2 buah
f.     Pipet volum 25 ml                                             2 buah
g.    Spatula                                                               1 buah
h.    Batang pengaduk                                              1 buah
i.      Pipet tetes                                                          3 buah
j.      Ball pipet                                                           2 buah
k.    Corong biasa                                                      4 buah
l.      Statif dan klem                                                  @1 buah
m.  Botol semprot                                                    1 buah
n.    Lap kasar                                                           1 buah
o.    Lap halus                                                           1 buah
2.        Bahan
a.    Boraks (Na2B4O7 . 10H2O)
b.    Larutan standar asam klorida (HCl) 0,1 N
c.    Sampel campuran karbonat (CO32-) dan bikarbonat (HCO3-)
d.   Indikator metil orange (MO)
e.    Larutan barium klorida10%(BaCl2)
f.     Aquadest (H2O)
g.    Kertas saring
h.    Tissue
E.       PROSEDUR KERJA
1.    Standarisasi larutan HCl
a.    ditimbang boraks (Na2B4O7 . 10H2O) sebanyak 0,4 gram dan dilarutkan dengan aquades dalam gelas kimia 50 ml
b.    Larutan boraks dimasukkan kedalam labu takar dan diencerkan hingga 100 mL
c.    Larutan boraks diambil dengan menggunakan pipet volum dan dimasukkan ke dalam 3 labu erlenmeyer yang berbeda masing-masing sebanyak 25 mL
d.   Ketiga labu erlenmeyer ditambahkan 3 tetes indikator metil orange (MO)
e.    Larutan standar asam klorida (HCl) 0,1 N dimasukkan ke dalam buret 50 mL
f.     Ketiga larutan boraks dititrasi dengan menggunakan larutan standar asam klorida (HCl) 0,1 N dan volume titran dicatat
g.    Volume rata-rata dari titran yang digunakan dihitung
2.    Penentuan Campuran Karbonat dan Bikarbonat
a.    Sebanyak 25 ml larutan sampel campuran karbonat diambil menggunakan pipet volum
b.    Sampel campuran karbonat dan bikarbonat yang telah dipipet dimasukkan ke dalam 3 labu Erlenmeyer masing-masing dimasukkan sebanyak 25 ml
c.    3 tetes indikator metil orange (MO) ditambahkan kedalam masing-masing  labu Erlenmeyer
d.   Ketiga sampel campuran karbonat dan bikarbonat kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan standar asam klorida (HCl) 0,1 N dan volume titran dicatat
e.    Volume titran rata-rata dicatat sebagai V1 (ml)
f.     Sebanyak 25 ml larutan sampel campuran bikarbonat diambil menggunakan pipet volum
g.    Sampel campuran karbonat dan bikarbonat yang telah dipipet dimasukkan ke dalam 3 labu Erlenmeyer masing-masing dimasukkan sebanyak 25 ml
h.    ditambahkan beberapa tetes larutan BaCl2 10% sampai tidak terbentuk endapan putih lagi, masing-masing labu erlenmeyer
i.      Endapan dibiarkan turun dan kemudian disaring dengan menggunakan corong yang dilengkapi dengan kertas saring
j.      Filtrat kemudian ditambahkan 3 tetes indikator metil orange
k.    Filtrat dititrasi dengan larutan standar asam klorida (HCl) 0,1 N dan volume titran dicatat
l.      Volume titran rata-rata dicatat sebagai V2 (ml)
m.  Kadar karbonat dan bikarbonat dihitung
F.   HASIL PENGAMATAN
NNo
Aktivitas
Hasil Pengamatan
1.








2

Standarisasi larutan HCl 0,1 N
a.       0,4 gram boraks + 100 mL aquades (H2O)
b.      25 mL larutan boraks + indikator Metil Orange (MO)
c.       Dititrasi dengan HCl 0,1 N



Penentuan campuran karbonat dan bikarbonat
a.       25 mL larutan karbonat (CO3) + indikator Metil Orange (MO)
b.      25 mL larutan karbonat (CO3) + indikator Metil Orange (MO) + dititrasi

Larutan tidak berwarna

Larutan berwarna orange

Volume titrasi
V1 = 5 mL
V2 = 5 mL
V3 = 5,1Ml


Larutan berwarna orange

Larutan berwarna merah
Volume titrasi
V1 = 59, 8 mL
V2 = 60 mL
V3 = 60,4 mL

a.       25 mL larutan bikarbonat (HCO3) + beberapa tetes BaCl2 10% sampai tidak terbentuk endapan lalu campuran disaring
b.      Campuran dititrasi
Larutan berwarna putih



         Larutan tidak berwarna
Volume titrasi
V1 = 2,8 mL ( berwarna merah)
V2 = 2,9 mL (berwarna kuning)
V3 = 3 mL (berwarna kuning)

G.      ANALISIS DATA
1.   Standarisasi larutan HCl
Dik :  V1                                          = 25 ml
          V2 (V rata-rata)           = (5 + 5 + 5,1) mL
                                                               3
                                    = 5,03 mL
                           W                    = 0,4 mg  x 1000 mg
                    = 400 mg
BM boraks       = 381 mg/mmol
Dit    :       N HCl =……….?
Peny   :
N HCl       =
                  =
                              
                   = 0,104 mmol/ml
        = 0,104 N
2.      Penentuan campuran Karbonat dan Bikarbonat
Dik   :  N HCl                      = 0,13 N
                        Vsampel                         = 25 mL
                      V1  rata-rata          = (59,8 + 60 + 60,4) mL
                                                                 3                            
                                                      = 60,1 mL         
                      V2  rata-rata          = (2,8 + 2,9 + 3) mL
                                                                        3
                                                       = 2,9 mL
Dit       :    a. Kadar CO3-               = ….?
                b. Kadar HCO3-            = ….?
Peny    :
a.      Kadar CO3        =
=
= 0,12 mmol/ mL
b.      Kadar HCO3-   =
=
= 0,012 mmol/mL
H.      PEMBAHASAN
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.

1.    Standarisasi HCl
Standarisasi adalah suatu proses penentuan konsentarasi larutan. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam-basa, diperlukan suatu larutan yang telah diketahui konsentrasnya dan biasanya berupa larutan asam atau basa yang mantap konsentrasinya atau konsentrasinya tidak berubah-ubah, dengan prinsip dasar yaitu  titrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya dengan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Percobaan ini bertujuan untuk menstandarisasi larutan HCl dengan menggunakan larutan boraks untuk mengetahui konsentrasi dari HCl tersebut. Adapun metode yang digunakan adalah titrimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut analit.Analit adalah komponen dari larutan sampel yang hendak ditetapkan kuantitasnya.Titran adalah larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Ibnu, 2004: 93).
Pada percobaan ini yang bertindak sebagai larutan standar sekunder adalah HCl, dikarenakan konsentrasinya selalu berubah-ubah dan tidak stabil dalam penyimpanannya.Oleh karena itu, dilakukan standarisasi larutan terhadap HCl dengan menggunakan larutan boraks yang merupakan larutan standar primer.Larutan boraks digunakkan karena memiliki konsentrasi yang tetap dan stabil dalam penyimpanannya. Alasan lainnya mengapa boraks digunakan sebagai larutan standar primer karena merupakan basa lemah yang mampu bereaksi dengan larutan HCl yang merupakan asam kuat, dimana reaksi antara boraks dan HCl terjadi reaksi yang sempurna, dimana akan membentuk garam bersifat asam.
Perobaan ini dilakukan dengan melarutkan Kristal boraks ke dalam air untuk menghasilkan larutan boraks yang diencerken dalam labu takar.Hal ini karenakan labu takar memiliki ketelitian lebih akurat dimana diameter labu takar sangat kecil sehingga dalam melakukan pengenceran larutan digunakan labu takar. Kemudian larutan boraks yang bening ditambahkan indikator metil orange (MO), yang berfungsi sebagai penanda titik akhir titrasi. Titik akhir ditandai dengan berubahnya warna dari orange menjadi orange kemerahan. Indikator metil orange digunakan karena memiliki trayek pH 3,1-4,5 (Ibnu,2004: 113). Dimana trayek pH indikator tersebut bersifat asam yang sesuai dengan larutan HCl yang sama-sama memiliki sifat asam dan dengan tingkat keasaman yang berkisar dari 3-4,5 yang juga merupakan larutan yang akan distandirasisasi.
Kemudian larutan distandarisasi. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali titrasi, tujuannya untuk dapat membandingkan volume HCl yang digunakan setiap melakukan titrasi selain itu juga agar hasil diperoleh lebih akurat. Adapun hasil yang diperoleh secara berturut turut V1 = 5 mL, V2 = 5 mL, V3 = 5,1 mL dengan    = 5,03 mL dan Normalitas HCl yaitu 0,104 N, artinya konsentrasi HCl standar yang digunakan adalah 0,104 N.  Normalitas yang diperoleh menandakan bahwa HCl standar yang digunakan yaitu lebih encer dari konsentrasi HCl sebelumnya. Hal ini dikarenakan kurang telitinya praktikan saat melakukan titrasi yang menyebabkan volume titran yang diperoleh tidak terlalu dekat yang mempengaruhi konsentrasi HCl yang diperoeh. Adapun reaksi yang terjadi:
-          Na+O3 -S               N=N                (CH3)2 + H3O+ 
Indikator MO
-          Na+O3 -S               N.N            = N+ (CH3)2 + H2O        
-          Na2B4O7.10H2O(aq) + 2 HCl(aq)              2 NaCl (aq) + H2BO4 (aq) + 5 H2O(aq)

2.    Penentuan campuran karbonat dan bikarbonat
Percobaan kedua ini bertujuan untuk menentukan kadar bikarbonat dalam sampel campuran karbonat dan bikarbonat. Larutan sampel campuran karbonat dan bikarbonat direaksikan dengan indikator metil orange kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl sehingga menghasilkan larutan yang berwarna orange.Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Volume HCl yang digunakan pada titrasi I, II, dan III masing-masing sebesar V1 = 59,8 mL, V2 = 60,0  mL, V3 = 60,4 mL,    = 60,1 mL dengan kadar karbonat sebesar 0,12 N.
Penentuan kadar bikarbonat dilakukan dengan mereaksikan larutan sampel campuran dengan larutan BaCl2 10% sampai tidak terbentuk endapan lagi. Penambahan BaCl2 10% berfungsi untuk mengendapkan ion CO32- sampai membentuk BaCO3 sehingga yang tersisa hanya bikarbonatnya. Larutan dengan endapan putih yang dihasilkan disaring kemudian filtrate yang diperoleh ditambahkan indikator metil orange yang berfungsi untuk memberikan tanda perubahan saat titrasi berakhir yang ditandai dengan berubahnya larutan kuning menjadi larutan orange yang disebabkan oleh indikator MO. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Volume titran yang diperoleh pada titrasi I dan II dan III adalah V1 = 2,8 mL, V2 = 2,9 mL, V3 = 3 mL   = 2,9 mLdengan kadar bikarbonat yang diperoleh adalah 0,012 N. Reaksinya yaitu:
CO32- + BaCl2              BaCO3    (putih) + 2Cl-
HCO32- + HCl               H2CO3 + Cl-
I.     PENUTUP
1.    Kesimpulan
a.    Normalitas HCl yang diperoleh dari hasil standarisasi HCl dengan menggunakan larutan boraks yaitu 0,104 N
b.    Kadar karbonat yang digunakan dalam sampel adalah 0,12 N sedangkan bikarbonat sebesar 0,012 N.
2.    Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya lebih teliti dalam melakukan titrasi agar tidak terjadi kesalahan titrasi dan hasil yang diperoleh juga akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan A.L. Underwood, 1986.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.   Jakarta: Erlangga
Hardaji. W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia
Ibnu, M. Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Nuryanti Siti, dkk. 2010. Indikator Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L). Jurnal AGRITECH. Vol. 30, No. 3.

Sundari, Ratna. 2016. Pemanfaatan Dan Efisiensi Kurkumin Kunyit (Curcuma Domestica Val) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa.Jurnal Teknoin.Vol. 22, No. 8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar