A.
JUDUL
PERCOBAAN
Spot Test
B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun
tujuan percobaan yang dilakukan yaitu, mahasiswa diharapkan dapat :
1.
Mengidentifikasi raksa
melalui pengujian dengan Cu (II) iodida
2.
Mengidentifikasi arsen
melalui pengujian dengan metode Gitzeit dan dengan perak nitrat
3.
Mengidentifikasi kobalt
melalui pengujian dengan ammonium tiosianat dan aseton dan pengujian dengan
adanya besi
4.
Mengidentifikasi
klorida melalui pengujian dan pengendapan sebaal perak klorida dan pengujian
dengan volatilisasi asam klorida
5.
Mengidentifikasi sulfat
melalui pengujian dengan barium karbonat dan pp.
C. LANDASAN TEORI
Kimia bisa dibagi menjadi beberapa
cabang yang jelas dan terdefinisi dengan baik-kimia analitik, kimia anorganik,
kimia organik, kimia fisika dan biokimia. Meskipun kerap terjadi tumpang tindih
diantara berbagai kategori m
mistilah-istilah yang bisa diterima oleh sebagian besar kimiawan. Artinya
tidaklah sulit untuk menggolongkan ke dalam kategori mana seorang kiawan
termasuk, dan label seperi “kimiawan organik” biasanya telah menyiratkan suatu
gambaran yang sangat jelas mengenai bentuk penelitian yang dikerjakan kimiawan
itu. Namu sejak Perang Dunia II, mulai timbul semacam kesamaran mengenai
cabang-cabang kimia yang telah didefinisikan tersebut. Sesungguhnya, batas
antara ilmu kimia dan bidang-bidang ilmu utama lainnya seperti fisika dan
biologi memang sangat kabur. Bidang-bidang seperti fisika kimia, kimia
biofisika, kimia organik fisika, geokimia, dan oseanogafi kimia telah telah
memperoleh pengakuan, meskipun definisi yang pasti dari bidang ini masih sulit
dirumuskan (Day, 1986: 100).
Kimia analitik merupakan cabang ilmu
kimia yang mempelajari dasar-dasar analisis kimia. Kimia analitik telah
berkembang sangat lama, setua perkembangan keilmuwan IPA itu sendiri. Upaya
untuk mengetahui komposisi bahan kimia dialam yang umumnya ada dalam keadaan
campuran, harus dilakukan melalui metode analisis yang sesuai. Mengetahui
komposisi bahan kimia baik dalam jenis maupun jumlah adalah kerja sehari-hari
dari ahli kimia yang bergerak dalam kimia analitik. Secara garis besar
pekerjaan analisis kimia dapat digolongkan dalam dua kategori besar yaitu analsis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Melalui analisis kualitatif dan
kuantitatif kita dapat mendeteksi dan mengidentifikasi jenis dan jumlah dari
komponen penyusun bahan yang dianalisis atau lebih dikenal sebagai analit.
Komposisi analit yang dipelajari dalam tiap proses analisis meliputi berbagai
spesies, dapat berupa unsur, ion, molekulradikal maupun isotop (Ibnu, 2004: 1).
Analisis sistematik terhadap suatu
larutan hendaknya dimulai dengan uji-uji pendahuluan, yang diikuti dengan
pengujian untuk anion, dan dengan pemisahan dan identifikasi kation yang ada.
Ada beberapa dosen anorganik kualitatif yang mungkin lebih menyukai untuk
memulai dengan pemisahan kation-dalam hal ini uji untuk fosfat dan fluorida
haruslah dilakukan sebelum mencoba memisahkan kation golongan III. Dosen lain
mungkin lebih suka untuk tidak melakukan pemisahan lengkap kation, tetapi
membagikan campuran-campuran untuk dianalisis, masing-masing berisi anion dari
satu kelompok analisis saja. Dalam hal ini pengendapan dilakukan dengan reagensia
kelompok yang khusus (asam klorida, hidrogen sulfida, amonia, amonium sulfida
atau amonium karbonat) (Svehla, 1990: 597).
Proses analisis kimia merupakan kerja
seorang ilmuwan. Bila ilmuwan melakukan kerja untuk menghasilkan sesuatu
kebenaran ilmiah, maka mereka akan melakukan langkah-langkah sistematis yang
dikenal sebagai metode ilmiah. Kebenaran ilmiah yang digali dengan mete ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena memiliki reprodusibilitas yang
tinggi, sehingga dapat dibuktikan oleh setiap pemerhati keilmuwan.
Langkah-langkah pokok dalam metode ilmiah dapat dijelaskan secara ringkas
sebagai berikut: (1) menetapkan masalah; (2) melakukan kajian teoritik dan
menarik hipotesa; (3) melakukan eksperimen atau observasi; (4) mengolah data
hasil observasi; (5) menarik kesimpulan. Dalam setiap kegiatan analisis
kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang penting. Bila kita dihadapkan
pada suatu larutan yang tidak diketahui, pertanyaan pertama yang timbul adalah
“Apakah warnanya?”. Warna adalah penting., karena beberapa ion anorganik dapat
diketahui dari warnanya yang spesifik (Ibnu, 2004: 3 dan 34).
Istilah “
reaksi bercak ” digunakan untuk uji mikro dan semimikro
untuk senyawaan ataupun untuk ion. Dalam uji kimia ini. Manipulasi dengan
tetesan (makro, semi mikro dan mikro) memainkan bagian yang penting. Menurut
Svehla (1990:191), reaksi bercak dapat dilakukan oleh proses berikut (yang manapun):
a.
Dengan mencampur
satu tetes larutan uji dengan satu tetes reagensia pada permukaanberpori (kertas,kaca
atau porselin).
b.
Dengan menaruh
setetes larutan uji pada medium yang sesuai (misalnya kertas
saring) yang dilembabi dengan reagensia yang diperlukan.
c.
Dengan mereaksikan
kertas uji atau setetes reagensia dengan gas-gas yang
dibebaskan dari setetes larutan uji atau dari sedikit zat
padat.
d.
Dengan menaruh
setetes reagensia pada sedikit contoh padat, termasuk residu
yang diperoleh dari penguapan ataupun pemanggangan.
e.
Dengan menambahkan
setetes reagensia kepada sedikit larutan uji dan kemudian mengekstraksi produk reaksi dengan pelarut
organik.
Uji
Gutzeit pada dasarnya adalah suatu modifikasi dari uji marsc yang diperlukan
dan arsina dideteksi dengan perak nitrat atau merkurium (II) klorida. Zink yang
bebas arsenik ditaruh dalam selembar kertas saring yang dibasahi dengan perak
nitrat. Pada akhirnya biasanya diperoleh
suatu bercak coklat muda yang disebabkan oleh runutan arsenik dalam
regensia. Jika terdapat banyak arsenik maka bercak akan nampak hitam (Svehla, 1990:
244).
Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi komponen
dalam zat kimia.Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif seperti
endapan, warna, gas maupun data non numerik lainnya. Umumnya dari analisis
kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi kasar dari komponen penyusun analit,
analisis kualitatif digunakan sebagai langkah awal untuk analisis kuantitatif (Ibnu,
2004 : 1 ).
Salah
satu adalah reaksi ion kobalt adalah uji ammonium tiosianat (reakis vogel)
dengan menambahkan beberapa butir Kristal ammonium tiosianat kepada larutan
kobalt (II) yang netral atau asam, muncul warna biru karena terbentuk ion
tertrasianokobaltat (II)
Co2+
+ 4SCN [Co (SCN4)]
2-
Jika amil alkohol dan eter ditambahkan,
akan terbentuk asambebas H2 [Co (SCN4)] dan dilarutkan
oleh pelarut organik (perbedaan nikel). Uji ini menjadi lebih peka lagi jika
larutan diasamkan dengan asam klorida pekat, pada mana kesetimbangan
2H+ +
[CO(SCN)4]2-
H2[CO(SCN)4
(Svehla,
1990: 278-279).
Analisa besi dengan
menggunakan pereduksi natrium tiosulfat dan pengompleks 1, 10-fenantrolin pada
pH 4,5 secara spektrofotometri UV-Vis menghasilkan kompleks yang menyerap sinar
pada panjang gelombang maksimum 507 nm. Keberadaan ion Ag+ dapat
mengganggu analisa besi dengan menurunkan nilai absorpsi (Dianawati, 2013.:32).
Satu-satunya bijih raksa yaitu mineral sinabar, raksa (II) sulfide,
HgS. Kira-kira 75% logam ini di dunia terdapat sebagai endapan di Spanyol dan
Italia.Banyak bijih raksa mengandung kurang dari 1% dapat diekstraksi dengan
pemanasan bijih raksa (II) sulfide dalam udara.Logam raksa menguap dan
terkondensasi sebagai cairan :
HgS(s)
+ O2(g) Hg (l)
+ SO2(g)
(Kristian, 2003:163).
Semua senyawa raksa (II)
menggunakan ikatan kovalen. Raksa (II) Nitrat merupakan salah satu dari
beberapa senyawa raksa yang larut dalam air dan diduga mengandung ion Hg2+
. Raksa (II) klorida dapat terbentuk campuran kedua unsur ini menurut
persamaan reaksi:
Hg (l)
+ Cl2 HgCl2 (s)
Senyawa ini larut dalam air hangat, tapi sifat bukan
penghantar listrik larutan ini menunjukkan bahwa spesies ini berada sebagai
molekul HgCl2, bukan sebagai ion-ionnya (Sugiyanto, 2003:163-164).
Suspensi Cu (II) iodida putih atau
kertas saring yang telah dibasahi dengan Cu (II) iodida akan berubah menjadi
merah atau orange bila bercampur dengan larutan garam raksa yang telah
diasamkan. Intensitas warna bergatung pada jumlah raksa yang ada. Reaksi:
2Cu2I + Hg2+ Cu2(HgI4)
+ Cu2+
Larutan klorida dalam
suasana asam tidak bereaksi dengan penambahan hidrogen peroksida, sedangkan
bromium dan iodida teroksidasi menjadi brom dan iod. Bila oksidasi
dilangsungkan dengan adanya oksin, maka senyawa pondik ini akan terhalogenasi
oleh hidrogen bebas tersebut. Larutan asam dari oksin terhalogenasi tidak
bereaksi dengan perak klorida. Dengan dasar ini, klorida dapat diuji dengan ion
halogen (Tim Dosen, 2014: 19, 21).
Hidrogen
peroksida diperdagangkan dalam bentuk larutan ’10-, 20-, 40-, dan 100-volume’.
Ia terbentuk dengan menambahkan natrium peroksida dalam porsi-porsi yang kecil
kepada air es:
Na2O2
+ 2H2O H2O2 + 2Na+
+ 2OH-
Disebabkan oleh
panas yang dibebaskan dalam reaksi itu, sebagian hidrogen peroksida itu
terurai:
2H2O2 2H2O + O2
Hidrogen peroksida dibuat dalam skala
industri dengan suatu metode elektrokimia. Suatu sumber yang menyenangkan
adalah natrium perborat. NaBO3.4H2O yang tak mahal; ia
menghasilkan hidrogen peroksida bila larutan-airnya dipanaskan:
BO3-
+ H2O H2O2
+ BO2-
(Svehla,
1990: 405).
Timbal sulfida (hitam)
bereaksi dengan hidrogen peroksida menghasilkan timbal sulfat (putih). Larutan
besi (III) klorida dalam kalium ferrisianida bereaksi dengan zat pereduksi
(SnCl2, Na2S2O3, dan sebagainya),
menghasilkan warna biru prusi. Hidrogen peroksida mereduksi ferrisianida
menurut reaksi:
2[Fe(CN)6]3-
+ H2O2 2[Fe(CN)6]4-
+ 2H+ + O2
Ferrosianida yang dihasilkan bereaksi
dengan besi (III) klorida dalam larutan dan menghasilkan warna biru prusi ( Tim
Dosen, 2018: 22-23).
Kobalt
lebih tidak reaktif daripada besi, demikian juga tidak berbeda banyak dengan
rodium dan iridium. Tingkat oksidasi yang umum bagi kobalt yaitu +2 dan +3 dan
rodium dan iridium yaitu +3 dan +4. Dalam larutan air [Co (H2O)6]2+
dan [Co (H2O)6]3+ keduanya dikenal,
tetapi kobalt (III) bersifat oksidator dan dalam larutan air kecuali dalam
lingkungan asam, terurai dengan cepat karena Co (III) mengoksidasi air dengan
membebaskan gas dioksigen (Kristian,2003:253).
Bila
uap hidrida arsen dialirkan ke kertas saring yang telah dibasahi menjadi
berwarna. Bila yang digunakan adalah larutan AgNO3 1:1, yang terjadi
adalah warna kuning dari AsAg3– AgNO3 yang dengan air
berubah menjadi hitam karena terjadinya endapan logam perak. Alkali arsenat
membentuk perak arsenal yang berwarna merah kwcoklatan yang tidak larut dalam
asam asetat. Reaksi digambarkan sebagai berikut :
AsO43- + 3Ag+ Ag3AsO4
Bila arsen dalam bentuk asam arsenit, sulfide,
sulfoarsenit atau sulfoarsenat, harus diubah menjadi arsenat dengan penambahan
ammonia dan hydrogen peroksida
( Tim Dosen, 2014: 20).
Kimia
analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia. Dalam melakukan pemisahan
atau pengukuran unsur atau senyawa kimia, memerlukan atau menggunakan metode
analisis kimia. Kimia analitik mencakup kimia analisis kulaitatif dan kimia
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menyatakan keberadaan suatu unsur
atau senyawa dalam sampel, sedangkan analisis kuantitatif menyatakan jumlah
suatu unsur atau senyawa dalam sampel. Kimia analitik tidak hanya digunakan
dalam bidang kimia saja,tetapi digunakan juga secara luas dibidang ilmu yang
lain ( Wiryawan, 2007).
Uji untuk identifikasi Cl bila didalamya
terdapat ion I- dan Br - , langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menghilangkan ion I- dan Br -. Untuk
meghilangkan ion I- dan Br– digunakan ion peroksidisulfat
(S2O82-). Ion ini hanya mampu mengoksidasi I-
dan Br–menjadi unsur-unsur bebasnya, tetapi tidak mampu mengoksidasi
ion Cl- . Setelah larutan bebas ion I- dan Br – larutan
diasamkan dengan HNO3, kemudian ditambahkan larutan AgNO3
kedalamnya. Terbentuk endapan putih AgCl yang larut dalam amonik pekat
menunjukkan adanya ion Cl-. Adanya ion sulfat SO4 2-dapat
diidentifikasikan dengan penambahan endapan putih Barium Sulfat menunjukkan
adanya SO4 2- pada larutan sampel.
Ba
2+ + SO4 2- (aq) BaSO4(s)
Warna
merupakan salah satu parameter dan pengelolaan limbah, warna pada limbah
laboratorium ini berasaldari kandungan logam-logam yang terdapat didalamnya.
Sebagai contoh, adanya [Fe (SCN4) 2+] dan Fe3+ menyebaban
limbah berwarna merah kecoklatan (Rohaeti, 2013:147).
D. ALAT
DAN BAHAN
a. Alat
1. Batang
Pengaduk 1
buah
2. Botol
Semprot 1 buah
3. Corong
Biasa 1
buah
4. Gelas
Kimia 50 mL 1 buah
5. Gelas
Ukur 10 mL 1
buah
6. Kaki
Tiga dan Kasa Abes @1
buah
7. Krus
Porselin 1
buah
8. Lap
Halus 1
buah
9. Lap
Kasar 1
buah
10. Pembakar
Spiritus 1
buah
11. Penjepit
Tabung Reaksi 3
buah
12. Pipet
Tetes 6
buah
13. Rak
Tabung Reaksi 1
buah
14. Spatula 1
buah
15. Spote Plate 1
buah
16. Tabung
Reaksi 5 buah
b. Bahan
1. Ammonium Flourida (NH4F)
2. Ammonium Tiosianat (NH4SCN)
3. Ammonium
Sianida (HCN)
4. Amonia
(NH3)
5. Aquades
(H2O)
6. Arsen
(III) Oksida (As2O3)
7. Asam
Asetat (CH3COOH) Encer
8. Asam
Klorida (HCl) 1 N
9. Asam
Nitrat (HNO3) 1 N
10. Asam
Nitrat (HNO3) Pekat
11. Asam
Sulfat (H2SO4) Encer
12. Barium
Karbonat (BaCO3)
13. Besi
(III) Klorida (FeCl3)
14. Logam
Seng (Zn)
15. Hidrogen
Peroksida (H2O2) 10%
16. Kalium
Iodida-Natrium Tiosianat (KI-Na2SO3)
17. Kalium
Heksa Siono Ferrat (K3Fe(CN)6)
18. Kertas
Saring
19. Kobalt
Nitrat (CoNO3)
20. Korek
21. Larutan
Oksin (C6H9NOH)
22. Natrium
Klorida (NaCl)
23. Perak
Nitrat (AgNO3) 1%
24. Perak
Nitrat (AgNO3) 20%
25. Phenoftalein
(PP) 1%
26. Raksa
(II) Klorida (HgCl2)
27. Seng
Sulfat (ZnSO4)
28. Tembaga
Sulfat (CuSO4)
29. Tembaga
(II) Nitrat (Cu(NO3)2)
30. Tissue
E. PROSEDUR
KERJA
1.
Uji
Raksa dengan Cu (II) Iodida
a.
1 tetes KI-Na2SO3
dimasukkan ke dalam spot plate, kemudian ditambahkan 1 tetes CuSO4.
Amati perubahan apa yang terjadi.
b.
1 tetes yang diuji
ditambahkan yaitu HgCl2. Kemudian perubahan yang terjadi diamati.
2.
Uji
Arsen
a.
Metode Gutzeit
1)
2 mL As2O3
dimasukkan kedalam tabung reaksi,
2)
Kemudian, beberapa
butir logam Zn ditambahkan
3)
Kemudian ditambahkan 5
tetes H2SO4 encer kedalam tabung reaksi
4)
Tabung reaksi ditutup dengan kertas saring
yang telah dibasahi AgNO3.
5)
Perubahan yang terjadi
diamati
b.
Dengan perak nitrat
1)
1 tetes larutan uji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2)
ditambahkan 3 tetes NH3
dan 3 tetes H2O2 10%,
kemudian dipanaskan
3)
larutan ditambahkan 3
tetes CH3COOH dan 1 tetes AgNO3
4)
Perubahan yang terjadi
diamati
3.
Uji
Kobalt
a.
Dengan ammonium
tiosianat
1)
1 tetes CoNO3
dimasukkan kedalam spot plate
2)
Ditambahkan 1 tetes NH4SCN
dalam aseton 10%
3)
Perubahan yang terjadi
diamati
b.
Dengan adanya besi
1)
2 tetes CoNO3
dimasukkan kedalam spot plate
2)
1 tetes NH4F
ditambahkan dan 2 tetes NH4SCN 10% dalam aseton kedalam spot plate.
3)
Perubahan yang terjadi
diamati
4.
Uji
Klorida
a.
Pengujian dengan
pengendapan sebagai perak klorida
1)
2 tetes FeCl3
dimasukkan dalam tabung reaksi
2)
1 tetes oksim dan 2
tetes H2O2 ditambahkan
3)
Larutan kemudian
dipanaskan selama 4 menit, kemudian ditambahkan 2 tetes HNO3
4)
Campuran dipanaskan
kembali selama 4 menit kemudian ditambahkan 2 tetes AgNO3 1 %.
5)
Perubahan yang terjadi
diamati
b.
Pengujian dengan
volatilisasi asam klorida
1)
NaCl padat dimasukkan
kedalam tabung reaksi
2)
3 tetes HNO3
pekat ditambahkan dan diletakkan batang pengaduk yang telah dibasahi dengan
AgNO3 1% dan dipanaskan.
3)
Perubahan yang terjadi
diamati
5.
Uji
Sulfat dengan Barium Karbonat dan PP
a.
2 tetes CuSO4 dimasukkan
dalam tabung reaksi
b.
1 tetes BaCO3
ditambahkan kedalam tabung reaksi
c.
Kemudian dipanaskan
sampai kering
d.
Beberapa tetes
indikator PP ditambahkan.
e.
Perubahan yang terjadi
diamati
F. HASIL
PENGAMATAN
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1.
|
Uji
Raksa dengan Cu (II) Iodida
1
tetes KI-Na2SO3 (tidak berwarna) + 1 tetes CuSO4
(biru muda) + 1 tetes HgCl2 (tidak berwarna)
|
Larutan berwarna
cokelat
|
|
2.
|
Uji
Arsen
1. Metode
Gutzeit
a) 2
tetes As2O3 (tidak berwarna) + padatan logam Zn + 5
tetes H2SO4 encer
b) Larutan
ditutup dengan kertas saring yang telah dibahasi AgNO3 1%
|
a) Larutan
tidak berwarna
b) Timbul
noda berwarna kuning pada kertas saring
|
|
|
2. dengan
Perak Nitrat
a) 3
tetes AgNO3 1% + 3 tetes NH3
+ 3 tetes H2O2 10% (dipanaskan)
b) Campuran
+ 3 tetes CH3COOH encer (tak berwarna) + 2 tetes AgNO3 1%
|
a) Larutan
tidak berwarna
b) Terbentuk
endapan berwarna abu-abu
|
|
|
|
|
|
3.
|
Uji
Kobalt
1. Dengan
ammonium tiosianat dalam aseton
1 tetes CoNO3 (merah muda) + 1 tetes NH4SCN
dalam aseton (coklat)
|
Larutan
berwarna biru
|
|
2. Dengan
adanya besi (Fe)
2 tetes CoNO3 (merah muda)
+ 1 tetes NH4F (kuning) + 5 tetes NH4SCN 10% dalam
aseton (coklat)
|
Larutan berwarna
hijau
|
||
4.
|
Uji
Klorida
1. Pengujian
dan pengendapan sebagai AgCl dengan adanya halida lain
a) 2
tetes FeCl3 + 2 tetes oksin (tidak berwarna) + 2 tetes H2O2
(tidak
berwarna)
b) Campuran
dipanaskan selama 4 menit + 2 tetes HNO3
(tidak berwarna)
c) Campuran
dipanaskan selama 4 menit + 2 tetes AgNO3 (tidak berwarna)
|
a) Larutan
berwarna hijau
b) Larutan
berwarna kuning
c) Larutan
berwarna putih keruh dan terdapat endapan
|
|
2. Pengujian
dengan volatilisasi asam klorida
NaCl padat (putih) + 3 tetes HNO3 pekat + batang pengaduk yang telah
dibasahi dengan larutan AgNO3
|
Pada larutan terdapat
gelembung dan endapan berwarna putih
|
||
5.
|
Uji
Sulfat dengan Barium Karbonat dan PP
2 tetes CuSO4 (tidak berwarna) + 1
tetes BaCO3 (tidak berwarna) dipanaskan sampai kering + beberapa
tetes PP 1 %
|
Larutan berwarna
cokelat kemerahan
|
|
G. PEMBAHASAN
Spot
test atau disebut juga uji noda (bercak)
termasuk kedalam metode analisis kualitatif. Istilah reaksi bercak digunakan
untuk uji mikro dan semi mikro untuk senyawaan ataupun untuk ion. Uji bercak
dapat dilakukan dalam sejumlah cara seperti pada suatu lempeng bercak, dalam
sebuah krus mikro, tabung reaksi atau tabung sentrifuge atau pada kertas saring (Svehla, 1985: 191,193).
1. Uji Raksa dengan Cu (II) Iodida
Tujuan dilakukannya percobaan ini
yaitu untuk mengetahui adanya raksa yang ditandai dengan terbentuknya warna
merah atau orange. Pada percobaan ini larutan yang akan diuji yaitu larutan
raksa (II) klorida atau HgCl2. Larutan yang akan diuji pada
percobaan ini adalah raksa. Larutan raksa harus dalam suasana asam karena
kepekaan uji raksa ini tergantung dengan keasaman larutan uji. Pada percobaan
ini larutan KI-Na2SO3 yang berfungsi untuk membebaskan
iodida kemudian larutan CuSO4 yang mengoksidasi I- menjadi
I2 dan membebaskan ion Cu2+ dan menghasilkan Cu2I2,
dimana larutan berwarna orens kecoklatan. Pada proses larutan ditambahkan
dengan HgCl2 menghasilkan larutan berwarna orens kecoklatan, dimana
hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana ion
iodida akan mengendapkan ion raksa (II) dari larutannya
sebagai endapan merah orange
(Sugiyanto, 2004: 164). Hal ini membuktikan bahwa dalam larutan positif mengandung
raksa. Adapun reaksinya:
2KI.Na2S2O3
+ 3 CuSO4 2Cu2I2 + 2CuSO3
+ 2Na2S2O4 + K2SO4
(kalium
iodida- (tembaga (II)
sulfat) (tembaga(II) (tembaga(II) (natrium (kalium
Natrium
tiosulfit) iodida)
sulfit) tiosulfat)
sulfat)
2Cu2I2 + HgCl2 Cu2(HgCl4) +
Cl2 + 2 Cu2+
(tembaga (raksa(II) (tembaga(II) (gas
(ion tembaga(II))
(II) Iodida)
klorida) tetra kloro merkurat) klorida)
2. Uji
Arsen
a. Dengan
Metode Gutzeit
Tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menguji arsen dimana ditandai dengan
adanya noda kuning pada kertas saring. Dimana pada perlakuan pertama yaitu
dimasukkan larutan yang akan diuji kedalam tabung reaksi, dimana larutan uji
yang digunakan yaitu arsen (III) oksida
atau As2O3. Lalu larutan tersebut ditambahkan dengan
logam Zn dimana menghasilkan larutan keruh, dimana fungsi penambahan dari Zn
yaitu untuk mempercepat suatu reaksi dan untuk membentuk uap hidrida arsen yang
dialirkan kekertas saring. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
As3+ +
3Zn + 3H+ AsH3 + 3 Zn2+
(arsen) (seng)
Setelah itu,
ditambahkan dengan asam sulfat (H2SO4) encer menghasilkan
larutan yang berwarna hitam, dimana fungsi penambahan dari H2SO4 yaitu untuk
memberi suasana asam pada larutan yang berupa ion H+. Setelah itu,
mulut tabung ditutup dengan kertas saring yang telah dibasahi dengan AgNO3
1%, dimana berfungsi sebagai penangkap As3+. Dan menghasilkan noda
kuning pada kertas saring, dimana hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang
dilakukan berhasil. Dan percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa bila ada arsen, maka terbentuk noda kuning (Tim Dosen, 2018:
19). Dimana reaksi yang terjadi yaitu:
As3+ +
3Zn + 3H+ AsH3 + 3 Zn2+
(arsen) (seng)
AsH3 + AgNO3 AsH3.AgNO3
(perak
nitrat) (arsina kuning)
b.
Dengan Perak Nitrat
Tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menguji arsen yang ditandai dengan
adanya endapan atau larutan yang berwarna merah coklat. Dimana yang pertama,
larutan uji dimasukkan kedalam krus porselin. Dimana larutan uji yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu arsen (III) oksida atau AS2O3.
Lalu larutan tersebut ditambahkan dengan amonia dan hidrogen peroksida,
menghasilkan larutan yang bening. Dimana fungsinya yaitu untuk mengubah arsen
yang berbentuk asam arsenit sulfit menjadi arsenat, kemudian larutan tersebut
dipanaskan yang berfungsi untuk mempercepat terjadi reaksi didalam larutan
tersebut. Lalu ditambahkan dengan CH3COOH
encer yang berfungsi untuk menguji endapan yang terbentuk apakah endapan yang
ada merupakan endapan perak arsenat atau bukan.
Kemudian
larutan tersebut ditambahkan dengan AgNO3 1%, dimana fungsinya yaitu
sebagai zat pengendap yang bereaksi dengan arsenat membentuk perak arsenat yang
tidak larut dalam asam asetat. Dimana larutan yang dihasilakan yaitu larutan
yang tidak berwarna dan terdapat endapan berwarna abu-abu. Dimana percobaan
yang dilakukan tidak berhasil yaitu
larutan bening dan terdapat endapan abu-abu. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa alkali arsenat membentuk perak arsenat yang berwarna
merah kecolatan yang tidak larut dalam asam asetat dan bila ada arsen akan
timbul larutan yang berwarna merah kecoklatan (Tim Dosen, 2018: 20). Hal ini
disebabkan karena pada percobaan yang digunakan adalah amonia (NH3),
sedangkan yang harus digunakan menurut teori adalah NH4OH (ammonium
hidroksida). Dimana reaksi yang terjadi
yaitu:
H3AsO3 +
2NH4OH + H2O2 AsO43-
+2NH3 + 2H2 + 3H+
(asam
asetat) ( amonium (hidrogen (amonia) (gas hidrogen)
hidroksida) peroksida)
AsO43- + 3
AgNO3 AgAsO4
+ 3NO3-
(perak nitrat)
(perak arsenat) endapan coklat
3.
Uji Kobalt
a.
Dengan Ammonium
Tiosianat dan Aseton
Tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menguji adanya kobalt yang ditandai
dengan adanya larutan yang berwarna hijau sampai biru. Dimana yang pertama
yaitu larutan uji dimasukkan kedalam spot plate, uji larutan yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu kobalt (II) nitrat atau CO(NO2)3.
Lalu ditambahkan dengan ammonium tiosianat (NH4SCN), yang berfungsi
untuk memberikan perubahan warna pada larutan yaitu warna hijau sampai biru dan
untuk mengionkan kobalt dan membentuk ion tetrasonato kobalt (II). Dimana
larutan yang dihasilkan berwarna hijau, hal ini sudah sesuai dengan teori yang
ada dimana penambahan NH4SCN
untuk memberikan warna hijau karena tiosianat yang direaksikan untuk menguji kobalt
tanpa pencampuran aseton terlebih dahulu akan memberi warna lembayung yang
perlahan-lahan memudar (Svehla, 1990:278-279).
Dimana reaksi yang dihasilkan yaitu :
|
|
|
b.
Uji Kobalt Dengan
Adanya Besi
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu
untuk menguji kobalt dalam sampel besi. Yang pertama yaitu larutan CO(NO2)3
dicampurkan dengan larutan NH4F (ammonium florida) dimana fungsi
ditambahkannya NH4F yaitu untuk mengubah garam ferri menjadi ion
kompleks ferri flourida yang tidak larut dan tidak berwarna. Larutan yang
dihasilkan dalam percobaan ini yaitu berwarna biru. Kemudian larutan tersebut
ditambahkan dengan larutan NH4SCN, yang berfungsi sebagai memberi
warna pada larutan dari warna biru sampai hijau. Hasil yang didapat tersebut
sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu hasil
reaksi antara CO(NO3)2dengan NH4F dan NH4SCN
menghasilkan larutan berwarna biru (Svehla, 1990:279). Dalam percobaan ini,
tidak ditambahkan besi karena sifat kobalt yang rapuh. Kobalt memiliki
permebilitas dari pada besi.
Dimana reaksi yang dihasilkan yaitu:
|
|
|
CO2+ + 4NH4SCN
[CO(SCN)4]2+ + 4NH4
(amonium tiosianat) (ion
triosionato kobaltat (II))
4.
Uji Klorida
a.
Pengujian Dengan
Pengendapan Sebaal Perak Klorida Dengan Adanya Halida Lain
Tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menguji klorida yang ditandai denga
adanya endapan putih dan larutan yang keruh. Larutan uji yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu FeCl3 (besi (III) klorida). Dimana larutan
ditambah dengan larutan oksin berfungsi agar
saat oksidasi berlangsung senyawa fenolik akan terhalogenasi
oleh halogen bebas (Br- dan I-)
karena sebagaimana kita ketahui bahwa dalam reaksi ini akan terbentuk Br-
dan I-. Lalu ditambahkan dengan H2O2 menghasilkan
larutan berwarna hijau, yang dimana fungsi dari H2O2
yaitu sebagai oksidator yang akan mengoksidasi halogen bebas seperti Br-
dan I- menjdi brom dan iod. Lalu campuran tersebut dipanaskan guna
mempercepat reaksi yang terjadi, kemudian ditambahkan dengan HNO3,
yang berfungsi untuk menguji endapan yang terbentuk apakah endapan yang didapat
tersebut perak klorida atau bukan dan untuk emberikan suasana asam pada larutan
dan juga sebagai katalis dalam mempercepat reaksi pada larutan. Dimana
menghasilkan larutan berwarna kuning.
Dimana
hal ini tidak sesuai dengan teori yaitu endapan perak klorida tidak larut dalam
asam nitrat encer (Svehla, 1990: 346). Lalu larutan tersebut dipanaskan, fungsi
pemanasan yaitu menguapkan halida-halida lain seperti Br- dan I-.
Kemudian ditambahkan dengan AgNO3 menghasilkan endapan putih dan
larutan tersebut keruh, dimana fungsi dari penambahan AgNO3 yaitu
agar bereaksi dengan Cl- membentuk AgCl yang akan mengendap dan
menghasilkan larutan keruh. Dari percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa akan terbentuk endapan AgCl yang
menandakan adanya ion Cl- (Ibnu, 2004:
47). Dimana reaksi yang dihasilkan yaitu:
Cl- +
C6H9NOH
C6H9NCl + OH-
C6H9NCl + H2O2 C6H9NOH +
HCl
HCl + AgNO3 AgCl + HNO3
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-
( endapan putih)
b. Pengujian
Dengan Volatilisasi Asam Klorida
Tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menguji klorida yang ditandai dengan
adanya kekeruhan apada AgNO3. Dimana NaCl ditambah dengan HNO3
pekat menghasilkan larutan yang tidak larut sempurna. fungsi penambahan HNO3
yaitu sebagai reagen yang akan bereaksi dengan NaCl sehingga akan melepaskan HCl dalam bentik
gas (terbukti dengan adanya gelembung gas).
Lalu larutan ditambahkan lagi dengan AgNO3 oleh batang pengaduk yang
telah dicelupkan sebelumnya dan menghasilkan endapan putih pada larutan dan
terdapat gelembung. Dimana hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa akan terbentuk endapan AgCl yang
menandakan adanya ion Cl- (Ibnu, 2004:
47). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Uji
Sulfat Dengan Barium Karbonat dan PP
Tujuan dilakukannya percobaan
tersebut yaitu untuk menguji sulfat yang ditandai dengan adanya warna merah.
Dimana yang pertama, larutan CuSO4 ditambahkan
dengan larutan BaCO3 juga sebagai bahan penguji adanya sulfat pada
larutan CuSO4, dan sebagai reagen
yang bereaksi cepat terhadap larutan yang mengandung sulfat membentuk endapan putih
BaSO4.
Campuran kemudian dipanaskan yang berfungsi untuk mempercepat reaksi antara
kedua larutan kemudian ditambahkan dengan pp yang berfungsi sebagai indikator
asam-basa, dan diperoleh larutan yang berwarna cokelat kemerahan. Perubahan
warna ini merupakan sifat basa dari natrium karbonat hasil reaksi. Dimana hasil
perubahan warna yang terjadi ini sesuai dengan teori yaitu berlangsungnya
reaksi dapat dideteksi dengan indikator pp yang berubah menjadi merah akibat
sifat basa dari natrium karbonat hasil reaksi (Tim Dosen, 2018: 22. Adapun
reaksi yang terjadi yaitu:
CuSO4 + BaCO3
pp BaSO4 + CuSO4
(tembaga
(barium ( barium (tembaga (II)
(II) sulfat) karbonat) sulfat) karbonat)
H. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji
raksa dengan Cu (II) iodida menghasulkan larutan berwarna orens yang mengatakan
positif mengandung raksa.
2. Uji
arsen dengan metode Gutzeit dihasilkan larutan berwarna kuning,hal ini
menandakan pada larutan positir terdapat arsen. Namun, uji dengan perak nitrat
juga tidak menunjukkan uji positif karena terdapat endapan yang terbentuktidak
sesuai warnanya dengan teori yang ada.
3. Uji
kobalt dengan ammonium tiosianat dan besi sama-sama menunjukkan hasil positif
yang ditandai dengan timbulnya warna hijau
4. Uji
klorida tidaj menunjukkan uji positif pada percobaan pengandapan sebagai perak
klorida dengan halida lain sedangkan dengan volatilisasi menunjukkan uji
positif yang menghasilkan larutan keruh dan adanya endapan putih.
5. Uji
sulfat dengan barium karbnat dan pp menunjukkan hasil positif Karen
menghasilkan warna cokelat kemerahan.
b. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih
teliti dalam mencari bahan yang akan dipercobakan, agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam melakukan percobaan, sebaiknya praktikan mengecek semua
alat dan bahan yang akan digunakan dengan lengkap sebelum memulai percobaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Day, R.A dan A.L. Underwood, 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Dianawati, Sisca dan R. Djarot Sugiarso K.S. 2013.
Studi Gangguan Ag(I) dalam Analisa Besi dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin
pada pH 4,5 Secara Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Sains dan Seni Pomits. Vol.2.No.2.
Ibnu, M. Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rohaeti, Eti, Trie Nenny Febriyanti dan
Irmanida Batubara. 2009. Pengolahan Limbah Cair Dari Kegiatan Praktikum
Analisis Spot Test Dengan Koagulasi Menggunakan Polialuminium Klorida. ISSN 1410-6086.
Sugiyarto,
Kristian H. 2003. Kimia Organik II.
Yogyakarta: JICA.
Svehla
G. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif
Makro Dan SemiMikro Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Svehla
G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif
Makri Dan SemiMikro Bagian II. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Tim
Dosen. 2018. Penuntun Praktkum Kimia
Analitik I. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Wiryawan,
Adam. 2007. Pengertian Kimia Analitik.
Malang: Universitas Brawijaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar